Anak-anak dengan
bakat luar biasa ternyata sama besar kemungkinannya untuk gagal maupun sukses
pada masa dewasa.
Dalam salah satu penelitian terpaling luas yang pernah diadakan, ditemukan
bahwa dari 210 anak berbakat, hanya tiga persen yang akhirnya "jadi
orang".
Professor Joan Freeman mengatakan dari 210 anak-anak yang dia teliti, hanya
setengah lusin yang bisa dikatakan meraih 'kesuksesan konvensional'.
"Pada usia enam atau tujuh tahun anak berbakat memiliki potensi yang
mencengangkan, tetapi banyak dari mereka terjebak dalam situasi potensi
terpasung," kata Freeman seperti yang dikutip Daily Mail, Senin.
Professor Freeman melacak anak-anak yang berbakat di bidang matematika, seni,
dan musik sejak tahun 1974 hingga sekarang.
Kebanyakan dari mereka tidak sukses pada masa dewasa karena perlakuan yang mereka
alami dan dalam beberapa kasus direngut dari masa kanak-kanak.
Dalam beberapa kejadian, orang tua menekan anaknya begitu keras atau malah
dipisahkan dari kelompok sebayanya, sehingga akhirnya hanya mempunyai sedikit
teman.
Ia juga menambahkan 'menjadi istimewa berarti lebih bisa menghadapi hal-hal
yang bersifat intelektual tapi tak selalu bisa menghadapi hal-hal emosional.
Freeman juga cenderung menekankan bahwa anak-anak berbakat sama rapuhnya dengan
anak biasa bahkan mungkin "punya kekuatan emosi yang lebih besar".
"Saya ingin menegaskan bahwa mereka yang berbakat juga hanya manusia biasa
tapi menghadapi tantangan-tantangan, khususnya harapan yang tidak sesuai
kenyataan, biasanya dipandang aneh dan tak bahagia," tegas Freeman.
"Orang tua dan guru bisa merasa terancam dengan kehadiran mereka dan
bereaksi meredam kemampuan mereka. Yang mereka inginkan hanya diterima apa
adanya, kesempatan yang sama untuk mengembangkan potensi, dan mendapatkan
dukungan moral yang memadai," papar Freeman lebih jauh.
Salah satu contoh anak berbakat yang kemudian gagal untuk berkembang adalah
Andrew Halliburton, yang ketika masih berusia delapan tahun telah memahami
matematika untuk sekolah menengah tetapi kini hanya bekerja di warung cepat
saji McDonald.
Contoh lain yang menarik adalah Anna Markland dan Jocelyn Lavin yang telah
menjadi bintang sekolah musik Chetham, Manchester, Inggris, ketika berusia 11
tahun.
Markland yang kini berusia 46 tahun, berasal Princes Risborough,
Buckinghamshire, Inggris dan pada 1982 dinobatkan sebagai Pemusik Termuda
Terbaik pleh BBC.
Ia kemudian belajar musik di Oxford selama dua tahun dan sekarang menjadi
seorang pemusik profesional, yang menurutnya merupakan profesi terbaik di
dunia.
Sebaliknya, Lavin berbalik dari musik dan berpindah menekuni ilmu pengatahuan
alam. Ia kemudian memmperoleh nilai A dalam bidang itu di antara 210 anak
berbakat tadi.
Tetapi setelah masuk University College London, ia gagal dalam matematika dan
astronomi pada usia 17 tahun. Ia kemudian keluar tanpa meraih satu gelar pun.
"Saya tak tahu yang ingin saya tekuni kecuali terbang ke luar
angkasa," katanya.
Setelah 20 tahun berprofesi sebagai guru matematika, ia kini masih harus
bermasalah dengan rumahnya yang dililit masalah kredit.
Mnurut Professor Freeman, permasalahan lain bagi anak-anak istimewa, mereka
sering kali cemerlang di bidang apa saja sehingga mereka cenderung ingin
mencoba bidang lain padahal bidang yang terdahlu belum dikuasai betul.
Pada dasarnya anak cerdas akan gagal jika mereka ditempatkan di bawah tekanan
untuk berkembang.
"Kepuasan dan kreatifitas dari masa anak-anak adalah dasar untuk semua
pekerjaan besar," pungkas Freeman.
No comments:
Post a Comment