Selama berabad-abad hewan dapat
memprediksi bencana alam, jauh sebelum manusia dapat memprediksinya. Hewan
seolah-olah memiliki indera keenam untuk dapat mengetahui akan adanya badai,
gempa bumi dan tsunami.
Para ilmuwan berteori bahwa hewan mampu menangkap getaran-getaran atau
perubahan tekanan udara di sekitar mereka yang tidak dapat dilakukan manusia.
Hewan memiliki sensor yang sangat halus. Pada beberapa spesies,
ada yang memiliki kemampuan sensor diluar kemampuan manusia.
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah mencoba menentukan kemampuan sensor
tersebut, sehingga suatu hari dapat digunakan manusia untuk mendeteksi adanya
bencana alam.
Peneliti di China telah mempelajari masalah ini sejak tahun 1950-an dan
menemukan bahwa beberapa hewan seperti ular, dapat mendeteksi gempa bumi. Ular
terlihat keluar dari sarang mereka di tengah hibernasi (tidur panjang) musim
dingin, dan binatang lain tampaknya juga dapat merasakan gempa sebelum
benar-benar terjadi.
Di Sri Lanka dan Thailand ada sebuah cerita tentang gajah-gajah berlari ke
bukit satu jam sebelum tsunami tahun 2004 yang menghancurkan desa dan membunuh
hingga 150.000 orang di kedua negara itu.
Orang-orang melihat tiga gajah yang melarikan diri
menuju tempat yang lebih tinggi satu jam sebelum adanya tsunami, di suaka
margasatwa terbesar kedua di Sri Lanka, Yala National Park.
Pada kenyataannya hewan-hewan ini memiliki
pendengaran yang fenomenal. Mereka mengatakan gajah dapat merespons dan memproduksi
gelombang infrasonik (gelombang suara pada frekuensi yang lebih rendah dari
gelombang yang dapat didengar manusia). Mamalia yang memiliki kemampuan sama
adalah jenis paus tertentu.
Ada kemungkinan perubahan geografis menghasilkan suara dengan
frekuensi rendah yang tidak bisa didengar oleh manusia, tapi dapat ditangkap
oleh gajah.
Namun gajah bukanlah satu-satunya hewan yang dapat mendeteksi adanya bencana.
Burung, monyet, anjing dan semua makhluk lain tampaknya bertingkah aneh sebelum
adanya bencana alam.
Beberapa kelelawar, yang aktif di malam hari dan biasanya tidur di siang hari,
menjadi sangat aktif setengah jam sebelum gelombang tsunami datang.
Anjing yang biasanya terlihat senang, melompat-lompat dan berlari-lari dengan
pemiliknya, menjadi tidak tertarik melakukan hal tersebut.
Begitu pula dengan monyet yang biasanya sangat suka dengan pisang, tiba-tiba
menjadi tidak tertarik dan bertingkah sangat aneh.
Hal-hal tersebut mengajarkan kita untuk lebih memperhatikan tanda-tanda alam
yang ada sebelum terjadinya bencana alam.
Hewan liar dapat bertahan hidup dengan selalu
waspada. Alam sangatlah lentur, dan kita tidak boleh lupa bahwa manusia juga
bagian dari alam.
No comments:
Post a Comment