A. Heritability (Hereditas)
Secara biologis, individu berkembang dari dua sel benih yaitu sel telur (ovum)
yang ada pada ibu dan sel sperma yang berasal dari ayah dan akan membuahi sel
telur. Sperma dan sel telur masing-masing berisi 23 kromosom, yaitu struktur
yang berisi factor-faktor herediter. Di dalam setiap kromosom terdapat struktur
yang lebih kecil lagi yang disebut gen. gen inilah yang sesungguhnya menjadi
penentu sifat-sifat unik yang akan diturunkan termasuk inteligensi.
Penelitian membuktikan bahwa korelasi nilai tes IQ dari satu keluarga sekitar
0,50. Sedangkan di antara 2 anak kembar, korelasi nilai tes IQnya sangat
tinggi, sekitar 0,90. Bukti lainnya adalah pada anak yang diadopsi. IQ mereka
berkorelasi sekitar 0,40 - 0,50 dengan ayah dan ibu yang sebenarnya, dan hanya
0,10 - 0,20 dengan ayah dan ibu angkatnya. Selanjutnya bukti pada anak kembar
yang dibesarkan secara terpisah, IQ mereka tetap berkorelasi sangat tinggi,
walaupun mungkin mereka tidak pernah saling kenal.
B. Brain(Otak)
Penelitian dengan teknik neuroimaging membuktikan bahwa volume otak berkorelasi
dengan IQ. Bukti ini didapat dengan mengukur ukuran helm tentara AS yang sedang
mengikuti training dan dibandingkan dengan IQ-nya. Walaupun demikian korelasi
tersebut cukup kecil.
Manusia memiliki otak yang struktur dan fungsinya merupakan cetak biru
(blueprint) genetik. Di dalam cetak biru genetik inilah dikodekan juga
kemampuan sel-sel otak tersebut untuk melakukan penggabungan bersama dalam
membentuk ikatan antar sel dan rangkaian fase di dalam keadaan tertentu. Dengan
demikian, kita memiliki kemampuan membentuk ikatan antar sel sejak dilahirkan.
Jadi seorang secara genetis telah lahir dengan suatu organisme yang disebut inteligensi
yang bersumber dari otaknya. Struktur otak telah ditentukan secara genetis,
namun berfungsinya otak tersebut menjadi kemampuan umum yang disebut
inteligensi (Semiawan, C, 1997). Pada kala bayi lahir ia telah dimodali 100 -
200 milyar sel otak dan siap memproseskan beberapa trilyun informasi. Cara
pengelolaan inteligensi sangat mempengaruhi kualitas manusianya, tetapi sayang
perlakuan lingkungan dalam caranya tidak selalu menguntungkan perkembangan
inteligensi yang berpangaruh terhadap kepribadian dan kualitas kehidupan
manusia. Ternyata dari berbagai penelitian bahwa pada umumnya hanya kurang
lebih 5% neuron otak berfungsi penuh (Clark, 1986).
Sebagaimana penjelasan di atas, maka cara penggunaan sistem kompleks dari
proses pengelolaan otak ini sebenarnya sangat menentukan inteligensi maupun
kepribadian dan kualitas kehidupan yang dialami seorang manusia, serta kualitas
manusia itu sendiri. Untuk meningkatkan kecerdasan anak maka produksi sel
neuroglial, yaitu sel khusus yang mengelilingi sel neuron yang merupakan unit
dasar otak, dapat ditingkatkan melalui berbagai stimulus yang menambah
aktivitas antara sel neuron (synaptic activity), dan memungkinkan akselerasi
proses berfikir(Thompsn, Berger, dan Berry, 1980 dalam Clark, 1986). Dengan
demikian inteligensi manusia dapat ditingkatkan, meskipun dalam batas-batas
tipe inteligensinya.
Secara biokimia neuron-neuron tersebut menjadi lebih kaya dengan memungkinkan
berkembangnya pola pikir kompleks. Juga banyak digunakan berkembangnya
aktivitas "Prefrontal cortex" otak, sehingga terjadi perencanaan masa
depan, berfikir berdasarkan pemahaman dan pengalaman intuitif, Prefrontal
cortex yang terutama tumbuh pada ketika anak berumur duabelas sampai enambelas
tahun mencakup juga kemampuan melihat perubahan pola ekstrapolasi kecendrungan
hari ini ke masa depan; regulasi diri serta strategi "biofeedback"
dan meditasi; berfikir sistem analisis;yang merupakan aspek-aspek bentuk
tertinggi kreativitas serta memiliki kepekaan sosial, emosional maupun rasional
(Goodman, 1978, dalam Clark, 1986). Sifat-sifat manusia ini banyak terkait
dengan sifat-sifat inisiatif dan dorongan mencapai kemandirian dan keunggulan.
Otak dewasa manusia tidak lebih dari 1,5 kg, namun otak tersebut adalah pusat
berfikir, perilaku serta emosi manusia mencerminkan seluruh dirinya (selfhood),
kebudayaan, kejiwaan serta bahasa dan ingatannya. Descartes pusat kesadaran
orang, ibarat saisnya, sedangkan badan manusia adalah kudanya. Meskipun
kemudian ternyata, bahwa perilaku manusia juga dipengaruhi oleh
ketidaksadarannya (freud dalam Zohar, 2000:39), kesadaran manusia yang oleh
Freud disebut rasionya merupakan kemampuan umum yang mengontrol seluruh
perilaku manusia. Berbagai penelitian kemudian membuktikan bahwa kemampuan
rasional tersebut biasa diukur dengan IQ (Intelligence Quetient). Meskipun kini
terbukti bahwa orang memiliki lebih dari satu inteligensi menurut teori Gardner
ada 8 (teori Multiple Intelligence), ukuran yang disebut IQ mengukur kemampuan
umum yang bersifat tunggal masih sering dipakai untuk menandai kemampuan
intelektual dan prestasi belajar. Ternyata bahwa otak tersebut masih menyimpan
berbagai kemungkinan lain.
"Celebral Cortex" otak dibagi dalam dua belahan otak yang disambung
oleh segumpal serabut yang disebut "corpus callosum". Belahan otak
kanan menguasai belahan kiri badan, sedangkan belahan otak kiri menguasai
belahan kanan badan. Respons, tugas dan fungsi belahan kiri dan kanan berbeda
dalam menghayati berbagai pengalaman belajar, sebagaimana seorang mengalami
realitas secara berbeda-beda dan unik. Belahan otak kiri terutama berfungsi
untuk merespons terhadap hal yang sifatnya linier, logis, teratur, sedangkan
yang kanan untuk mengembangkan kreativitasnya, mengamati keseluruhan secara
holistik dan mengembangkan imaginasinya. Dengan demikian ada dua kemungkinan
cara berfikir, yaitu cara berfikir logis, linier yang menuntut satu jawaban
yang benar dan berfikir imaginatif multidimensional yang memungkinkan lebih
dari satu jawaban.
No comments:
Post a Comment