Badan Geologi Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral, masih menetapkan Gunung
Sinabung dalam status "bahaya" karena gunung ini masih terus menerus
mengeluarkan abu vulkanik dan menimbulkan gempa hingga puluhan kali per hari.
Aktivitas gunung yang meletus terakhir kali pada tahun 1600 ini terhitung luar
biasa, karena periode letusannya cukup panjang, dimulai Ketika Gunung Kraktau meletus, periode letusannya hanya tiga hari (26-28
Agustus 1883), namun dampaknya sangat luar biasa. Bahkan letusan gunung di
Selat Sunda ini tercatat dalam sejarah sebagai salah satu letusan gunung paling
dahsyat dalam dua abad terakhir.
Apakah panjangnya periode letusan Gunung Sinabung menandakan bahwa gunung itu
akan meletus dengan dahsyat seperti Gunung Krakatau? Para ahli gunung berapi
tak bisa memastikannya. Namun para ahli yakin, setelah tertidur selama 410
tahun, gunung itu menyimpan begitu banyak magma di dalam 'perutnya', dan magma
itu cepat atau lambat akan keluar.
Sebagai negara yang berada pada posisi pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Lempeng
Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng
Pasifik, Indonesia memang rentan terhadap bahaya
letusan gunung merapi. Apalagi karena dari 129 gunung di Indonesia, 80 di
antaranya termasuk Tipe A atau gunung api aktif.
Selain letusan Gunung Krakatau, sedikitnya ada empat lagi letusan gunung super
dahsyat yang terjadi di Indonesia. Tiga di antaranya terjadi di Sumatera Utara,
dan satu di Pulau Sumbawa. Letusan gunung super dahsyat di Sumatera Utara
diakibatkan oleh letusan Gunung Toba, gunung yang masuk kategori supervolcano seperti
Yellowstone di Amerika Serikat.
Gunung Toba pertama kali meletus pada sekitar 800.000 tahun lalu yang
menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, yang meliputi daerah Prapat dan
Porsea. Letusan kedua terjadi pada 500.000 tahun lalu yang membentuk kaldera di
utara Danau Toba, tepatnya di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Dan
letusan ketiga yang sekaligus merupakan letusan yang lebih dahsyat dibanding
letusan pertama dan kedua, terjadi sekitar 74.000 tahun lalu. Letusan ini
menghasilkan kaldera baru yang saat ini kita kenal dengan nama Danau Toba dengan
Pulau Samosir di tengahnya. Indikasi bahwa Toba meletus dengan sangat dahsyat
diketahui berdasarkan penemuan debu riolit (rhyolite)
yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan di India Tengah. Selain itu,
sejumlah ahli kelautan juga melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba
di Samudra Hindia dan Teluk Benggala.
Anda mungkin ingat, ketika gempa dahsyat melanda Aceh pada 26 Desember 2004
yang disusul kemudian oleh gempa di Pulau Nias dan Mentawai, serta letusan
Gunung Talang, pakar gunung berapi dari Department of Earth Sciences, Monash
University, Australia, Prof. Ray A.F. Cas, sempat mengingatkan dunia agar
mewaspadai Toba, karena menurutnya, gempa yang terjadi di Aceh, Nias dan
Mentawai, serta letusan Gunung Talang, dapat kejadian itu merangsang deposit
magma di perut bumi, termasuk di magma di perut Toba, dan bisa membuatnya
meletus. Alhamdullilah, hingga kini letusan itu tak terjadi, karena Bill Rose
dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memprediksi, jika Toba
meletus lagi, hampir seluruh kawasan Sumatera Utara akan tergenang lahar panas
bersuhu 750 derajat celcius dengan ketebalan mencapai 50 meter. Selain itu,
material padat yang dimuntahkannya bisa mencapai 2.800 kilometer kubik yang
cukup untuk menimbun Jakarta setinggi 4.500 meter! Material debunya pun akan
menutupi langit sehingga sinar Matahari tak dapat menyentuh Bumi, dan dunia
bisa kembali ke zaman es.
Gunung Tambora di Pulau Sumbawa meletus pada April 1815. Daya letusnya yang
mencapai skala tujuh pada Volcanic Explosivity Indexmembuat letusan gunung ini masuk daftar salah satu
letusan gunung paling dahsyat. Saking kuatnya daya letus gunung ini, suara
gelegar letusan gunung yang berdiri kokoh di Kabupaten Dompu dan Bima ini
terdengar hingga pulau Sumatera, sementara abu vulkaniknya tak hanya jatuh di
Pulau Sumbawa, tapi juga di Kalimantan, Sulawesi, Jawa, dan Maluku. Bahkan
debu, awan panas, dan guncangan letusan gunung ini memusnahkan desa-desa di
sekitarnya hingga lenyap dari peta, dan sedikitnya 12.000 orang tewas. Debu
vulkanik gunung ini bahkan juga mampu menutupi langit, sehingga Matahari tak
dapat menyinari Bumi, dan iklim dunia berubah selama lebih dari setahun,
sehingga pada tahun 1816, benua Eropa dan Amerika Utara tidak merasakan
hangatnya sinar matahari, sehingga tahun itu dijuluki sebagai Tahun Tanpa Musim
Panas.
Apakah Gunung Sibanung akan menambah panjang daftar gunung di Indonesia yang
meletus dengan sangat dahsyat? Semoga tidak, karena jika ya, kasihan sekali
bangsa ini. Sudah dizolimi oleh para pemimpin dan para penegak hukumnya yang
tidak amanah, juga harus menghadapi murka alam. Atau memang ini hukuman Tuhan
agar bangsa Indonesia sadar dan belajar bagaimana sebaiknya memilih pemimpin
yang baik, benar, dan amanah? Wallahu’alam bissawab.
No comments:
Post a Comment