PENDUDUK negara berkembang memiliki pendapatan per kapita lebih rendah daripada
penduduk negara maju. Namun demikian, survei firma riset Ovum mengungkap,
penduduk negara berkembang ternyata membayar layanan broadband (koneksi
internet berkecepatan tinggi) dengan biaya hingga tiga kali lebih tinggi daripada
biaya broadband di negara maju. Ovum menjelaskan, survei ini dilakukan di 15
negara berkembang di dunia.
Ovum menemukan, layanan broadband bertarif paling mahal di dunia pada saat ini
berada di Nigeria. Sebab Ovum menjelaskan, pelanggan harus membayar lebih dari
USD2.000 untuk menikmati layanan broadband selama satu tahun. Padahal,
pendapatan per kapita Nigeria hanya USD1.170.
Namun demikian, tarif broadband ternyata tidak melambung tinggi di seluruh
negara berkembang. Sebagai bukti, firma riset Strategy Analytics Inc
menjelaskan, tarif broadband di rata-rata negara berkembang di Asia Pasifik
pada saat ini sudah seimbang dengan pendapatan per kapita penduduk setempat.
Karena itu, Strategy Analytics menegaskan, tidak mengherankan jika Asia Pasifik
akan menjadi pendorong utama pertumbuhan adopsi broadband di dunia hingga 2015,
di mana populasi pengguna broadband di dunia akan mencapai sekitar satu miliar
orang.
Strategy Analytics memaparkan, sekitar 45 persen pengguna broadband di dunia
pada saat ini memang penduduk Asia Pasifik. Tetapi kendati populasi pengguna
broadband di Asia Pasifik sudah cukup besar, penduduk Asia Pasifik yang belum
punya akses internet juga masih lebih banyak. Karena itu, Strategy Analytics
memprediksi, populasi pengguna broadband di Asia Pasifik akan bertumbuh
rata-rata 18 persen per tahun hingga lima tahun mendatang. Strategy Analytics
menambahkan, pertumbuhan populasi pengguna broadband akan meningkat semakin
cepat setelah layanan seluler 4G (generasi keempat) hadir.
Pada 2010, lebih dari 60 persen rumah tangga di dunia tidak punya akses
internet, apalagi broadband. Ini terjadi karena keterbatasan jaringan kabel.
Kehadiran teknologi internet seluler berkecepatan tinggi mampu menyelesaikan
masalah itu, kehadiran teknologi 4G akan
melambungkan populasi pengguna broadband seluler di dunia menjadi 3,2 miliar
orang pada 2015.
Pada saat yang sama, Ovum menambahkan, jumlah pengguna internet broadband kabel
di dunia hanya akan mencapai 785 juta orang. Ovum menegaskan, ini merupakan
pertanda bahwa internet broadband kabel akan semakin ditinggalkan karena
konsumen lebih menyukai internet broadband seluler.
Internet broadband kabel memang tidak akan segera hilang dari dunia.
Namun, pada 2015 pengguna internet broadband seluler di dunia akan berjumlah
300 persen lebih banyak daripada pengguna internet broadband kabel. Firma riset International Data Corp
(IDC) mengungkap, jumlah pengguna internet di dunia pada 2009 sudah melampaui
1,6 miliar orang, alias lebih dari seperempat jumlah populasi dunia.
IDC memperkirakan, jumlah itu akan terus bertambah sehingga pada 2015 pengguna internet di dunia akan menembus angka 2,2 miliar orang, alias lebih dari
sepertiga populasi dunia. IDC mencermati, jumlah pengguna internet di dunia
meningkat signifikan dalam beberapa tahun terakhir berkat kehadiran teknologi
internet seluler. Jumlah pengguna internet seluler sendiri di dunia pada 2009
sudah mencapai lebih dari 450 juta orang.
IDC memperkirakan, jumlah itu akan meningkat lebih dari dua kali lipat pada
akhir 2015.
Jumlah pengguna internet seluler benar-benar meledak dalam beberapa tahun
terakhir. Berkat peningkatan ketersediaan informasi dan layanan, internet
seluler telah mengubah kehidupan pribadi maupun profesional dari penduduk
dunia.
No comments:
Post a Comment