Merak jawa hijau (Pavo muticus muticus) salah satu jenis burung paling diburu
yang kini nyaris punah. Di tengah kerusakan serta menciutnya hutan yang
menggerus ruang-ruang hidup bagi aneka satwa burung itulah Jarwadi berusaha
menyibak rahasia daya tahan salah satu spesies merak ini di pulau terpadat
Indonesia, yaitu Jawa.
Baru baru ini, salah seorang pakar biologi yang bernama Jarwadi mengembangkan riset atau studi kasus di Taman Nasional Baluran, Alas
Purwo, serta Meru Betiri di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Jember, Jawa
Timur. Ia juga meneliti sebaran merak jawa hijau di hutan-hutan produksi
komoditas jati di sekitar taman-taman nasional tersebut.
Di Jawa Barat, Jarwadi mengembangkan risetnya di kawasan hutan Buah Dua,
Sumedang. Berikut riset di hutan-hutan pinus di sekitarnya, termasuk hutan di
lereng Gunung Cikuray, Garut.
Tidak bergantung
Melalui risetnya, Jarwadi telah mengingatkan pentingnya untuk mengetahui apa
saja yang membuat merak hijau jawa masih bisa tetap bertahan hingga sekarang.
Dengan mengetahuinya, Jarwadi membuka peluang bagi pemerintah dan masyarakat
untuk tetap melestarikan merak jawa hijau.
”Kesimpulannya, merak jawa hijau masih bisa bertahan selama ini karena tidak
bergantung kepada hutan,” kata Jarwadi.
Merak jawa hijau masih bisa ditemui Jarwadi di pinggir-pinggir hutan atau
taman-taman nasional. Merak jawa hijau itu mendapatkan suplai makanan di padang
rumput serta semak belukar yang terdapat di ruang terbuka.
Merak jawa hijau adalah hewan herbivor. Mereka memakan dedaunan rerumputan
serta bebijian dari buah semak belukar.
Hutan merupakan tempat berlindung. Merak jawa hijau bertengger di dahan
pepohonan hutan yang tinggi. Namun, betina merak jawa hijau ketika bertelur dan
mengerami telur-telurnya kembali ke semak belukar.
”Rahasia lain daya tahan merak jawa hijau terletak pada populasi kelompok yang
tidak terlampau besar sehingga kelompok-kelompok kecil tersebar hingga bisa
mencapai peluang bertahan hidup yang lebih besar,” kata Jarwadi.
Satu kelompok merak jawa hijau bisa berkisar 30 individu. Karakter burung
berbobot badan 3 kilogram hingga 5 kilogram ini berpoligami. Satu pejantan
merak jawa hijau mengawini 4-7 merak jawa hijau betina. Keunikan lain dijumpai
pada tingkat usia populasi merak jawa hijau dalam suatu kelompok.
Karakter usia merak jawa hijau berupa piramida terbalik. Usia merak jawa hijau
muda lebih sedikit jika dibandingkan dengan merak jawa hijau tua.
Ada peluang bahwa merak jawa hijau pada usia muda itu lebih suka keluar dari
kelompoknya dan hidup mengembara untuk mencari pasangan hidup.
Reog Ponorogo
Menjumpai merak jawa hijau nan molek di Jawa kini barangkali merupakan sebuah
kemewahan.
Namun, keindahan bulu-bulunya masih bisa kita nikmati sebagai aksesori reog
ponorogo. ”Satu reog ponorogo menggunakan sedikitnya 1.000 helai bulu merak
jawa hijau,” kata Jarwadi.
Warna bulu jenis merak ini hijau mengilap.
Satu ekor merak jawa hijau memiliki sekitar 150 helai bulu.
Jenis satwa ini dilarang untuk ditangkap dan diperdagangkan. Kegiatan
penangkarannya pun masih teramat langka.
Jumlah populasi di Taman Nasional Meru Betiri pada 2003-2004 berkisar 30 ekor.
Di Baluran pada 1995 diketahui masih ada sekitar 100 ekor, sekarang diketahui
berkurang menjadi sekitar 75 ekor. ”Di Alas Purwo berbeda. Di sana justru
terjadi peningkatan,” kata Jarwadi.
Menurut dia, merak jawa hijau di Alas Purwo pada 1998 diperkirakan mencapai 40
ekor. Pada 2007 ternyata meningkat menjadi 80 ekor.
Peningkatan populasi merak jawa hijau ini diduga akibat berkurangnya perburuan.
Pembukaan hutan rapat untuk tumpangsari juga menambah ruang hidup bagi merak
jawa hijau.
”Saat ini tidak terlambat bagi pemerintah atau kelompok masyarakat yang ingin
melestarikan merak jawa hijau,” kata Jarwadi.
Jenis merak, menurut Jarwadi, terbagi berdasarkan warna hijau dan biru. Jenis
merak biru masih terdapat di India, sedangkan merak hijau masih tersebar di
Jawa, Myanmar, Malaysia, dan Indochina.
Fragmentasi hutan
Jarwadi menyebutkan, fragmentasi hutan adalah ancaman serius bagi
keberlangsungan keragaman genetika merak jawa hijau ataupun satwa liar lain.
Fragmentasi hutan adalah berupa kondisi terbelahnya hutan oleh pengalihan
fungsi untuk perkebunan, pertanian, atau permu****n.
Fragmentasi menjadikan hutan tak lagi berupa satu keutuhan. Hutan makin
terbagi-bagi menjadi bagian lebih kecil. Pada akhirnya, peluang interaksi
populasi merak jawa hijau terhadap populasi lainnya terpisahkan. Peluang untuk
kawin silang menjadi kian sempit.
”Fragmentasi hutan menyebabkan merosotnya gen-gen merak jawa hijau akibat kawin
dengan anggota populasi yang sama,” kata Jarwadi. Anggota populasi yang sama
kemungkinan besar sedarah karena merak jawa hijau berpoligami.
Akibat dari perkawinan sedarah itu memerosotkan kualitas genetika merak jawa
hijau. Ancaman berikutnya, daya tahan merak hijau jawa akan semakin melemah
sehingga akan menuju kepunahan. Hal ini berlaku pula bagi jenis satwa lain.
Jarwadi mencemaskan keberadaan merak jawa hijau sekarang.
Asosiasi Biologi Tropika dan Konservasi (The Association for Tropical Biology
and Conservation/ATBC) merupakan perhimpunan para biolog dunia. Konferensi
asosiasi ini dimulai pada 1963 dan Indonesia sudah terlibat menjadi peserta
sejak awal.
Tahun ini merupakan kali pertama Indonesia menjadi penyelenggara dan tuan rumah
konferensi ATBC. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Universitas
Indonesia (UI) ditunjuk untuk mengorganisasi penyelenggaraan kegiatan yang
melibatkan 900 ilmuwan di bidang biologi dari sekitar 60 negara tersebut.
Sebanyak 40 simposium digelar untuk mempresentasikan 464 naskah selama empat
hari (20-23 Juli 2010). Menurut Kepala LIPI Lukman Hakim, hasil riset lainnya
dituangkan ke dalam poster yang digelar mencapai 200 lembar meski pada
kenyataannya jauh lebih sedikit dari jumlah tersebut.
Peneliti senior dari Lembaga Center for International Forestry Research
(Cifor), Daniel Murdiyarso, mengatakan, persoalan penting sekarang ini salah
satunya adalah makin hilangnya berbagai biodiversitas atau keanekaragaman
hayati. Kehilangan biodiversitas secara tidak langsung bisa berdampak terhadap kelangsungan
pangan.
Presiden ATBC Profesor Frans Bongers, dalam konferensi pers pencanangan
Deklarasi Bali dari konferensi ATBC 2010, menyatakan, dengan banyaknya
keanekaragaman hayati yang terjaga dengan baik, kita dapat berbuat banyak untuk
mencapai hal-hal yang lebih baik.
Melalui risetnya, Jarwadi telah mengingatkan pentingnya untuk mengetahui apa
saja yang membuat merak hijau jawa masih bisa tetap bertahan hingga sekarang.
Dengan mengetahuinya, Jarwadi membuka peluang bagi pemerintah dan masyarakat untuk
tetap melestarikan merak jawa hijau.
No comments:
Post a Comment